Islam itu sumur nilai. Wujudnya adalah realitas kebudayaan yang Islami. Kebudayaan yang Islami itu tidak identik ke-Arab-Araban.
Ketika Islam mengajarkan menutup aurat, maka pakaian tradisional setiap daerah pun sah sebagai pakaian Islami asal bagian-bagian yang disebut aurat ditutupi.
Ketika Islam mengajarkan soal makanan yang bersih dan thayyib, maka makanan asli terutama nabati pasti halalnya selagi ditanam sendiri dan dipelihara secara alami. Makanan hewani pun halal selagi bukan yang dilarang dan disembelih secara benar.
Yang tidak Islami itu adalah ketika menjadi ilmuwan yang shalat lima waktunya rajin tapi mau bekerja mengembangkan nuklir yang ujung-ujungnya dikembangkan menjadi senjata pemusnah massal. Atau menjadi ahli mekanik tapi mau bekerja mengembangkan pesawat-pesawat tempur yang digunakan untuk berperang dan membunuhi manusia.
Yang tidak Islami itu adalah ketika mengembangkan industri hingga mengakibatkan perusakan alam dan melahirkan perbudakan manusia. Perbudakan yang sebenarnya adalah ketika akal manusia bahkan tidak bisa lagi mengenali adanya manipulasi-manipulasi yang ada karena begitu pekatnya pencitraan dan pemolesan atas sesuatu hal melebihi kadar faktanya.
Islam tidak menerima pertentangan atau pertanyaan mending yang mana, “orang shalat tapi korupsi atau orang yang tidak korupsi tapi tidak shalat”. Islam juga tidak memperkenankan seseorang menilai orang lain layaknya petugasnya Allah sehingga sampai menelanjangi aib orang lain. Islam menghendaki keutuhan tatanan kehidupan manusia yang wajar dan masuk akal. Yaitu manusia yang sadar perannya masing-masing sehingga tidak saling berebut apa-apa yang bukan jatahnya.
Ajaran Islam digaransi oleh adanya al Quran, digambarkan oleh kisah sejarah kehidupan Nabi Muhammad dan para Nabi sebelumnya yang bisa digali melalu berbagai jalan. Tapi garansi itu tidak berlaku pada manusia yang akalnya tidak beres. Karena untuk membantai manusia dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, seseorang manusia juga bisa menggunakan al Quran dan mengatasnamakan itu sebagai perintah Allah.
Islam itu agama untuk manusia, bukan untuk mengagamai negara, organisasi, atau apa pun. Islami tidaknya sebuah negara, organisasi, atau komunitas manusia, tergantung dari keyakinan dan perilaku manusianya. Di akhirat nanti, yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah adalah individu-individu manusianya. Indonesia, PBB, NU, Muhammadiyah tidak akan berwujud apa-apa di akhirat nanti. Karena lahirnya itu semua berangkat dari pemikiran manusia-manusianya. Jadi sama-sama orang NU atau Muhammadiyah atau lainnya, nasib akhirnya pasti tidak sama.
Jadi yang penting hari ini adalah menyibukkan diri menjadi muslim, kemudian mukmin. Output sosial seorang muslim, sekaligus mukmin adalah terjaminnya keselamatan manusia dan alam, serta terjaganya nyawa, martabat, dan harta manusia lainnya.
Islam itu …. seperti itulah aku memahami Islam.
Yuli Ardhika Prihatama