Menu Close

Troubleshooting

Beberapa dekade terakhir, teknologi telah mengalami kemajuan pesat, terutama dalam dunia komputer. Melalui konsep upgrade atau pembaruan, sebuah sistem komputer dapat meningkatkan fungsionalitas dan performanya untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik. Sejauh mana analogi ini dapat diterapkan pada cara berfikir manusia? Dalam konteks ini, “upgrade” dapat dianggap sebagai proses pembelajaran dan pengembangan diri secara kontinu, yang bertujuan untuk mencapai versi diri yang lebih baik dan lebih berkualitas. Namun, seperti halnya upgrade komputer, proses ini bisa jadi tidak selalu berjalan mulus dan dapat menghadapi berbagai rintangan hingga dapat terjadi “bug”.

Manusia juga seperti komputer, bisa mengalami kegagalan dalam proses upgrade. Kegagalan ini bisa berupa berbagai hal, mulai dari rasa kecewa, frustrasi, hingga mental breakdown yang disebabkan oleh tekanan dalam menempuh langkah-langkah pembaruan. Proses pembelajaran dan pengembangan diri ini tentu akan melewati tantangan yang berat dan sulit, hingga kita merasa seperti telah ‘gagal’ dalam pencapaian tujuan kita.

Namun, seperti komputer yang memiliki fitur “troubleshooting” untuk mengatasi masalah dan bug, manusia juga harus mempersenjatai diri dengan “fitur” serupa. Fitur ini dapat berupa keberanian untuk mengakui kesalahan, kemampuan untuk belajar dari kegagalan, dan keinginan untuk terus berkembang dan berproses. Dalam konteks cara berpikir manusia, troubleshooting bisa diartikan sebagai pemahaman diri, introspeksi, dan penyelesaian konflik internal yang dapat membantu kita menemukan apa yang salah dan bagaimana cara memperbaikinya.

Oleh karena itu, manusia perlu memahami bahwa proses upgrade diri adalah perjalanan yang panjang dan berkelanjutan. Seperti komputer, kita juga perlu melakukan pembaruan dan penyesuaian secara berkala. Menghadapi “bug” dan kegagalan adalah bagian dari proses tersebut, dan dengan memiliki fitur “troubleshooting” yang tepat, kita dapat terus berkembang dan menjadi versi diri yang lebih baik secara individu hingga komunal.

Maiyah adalah “database” yang dapat kita akses secara publik, layaknya penyimpanan yang besar, kita pun dapat belajar berbagai hal di dalamnya. Secara berkala, manusia-manusia di dalamnya terus bertumbuh secara individu dan komunal, begitupun pengetahuan serta pengalamannya. Mari kita bersama-sama mengakses “database” ini untuk tumbuh bersama menjadi manusia yang semakin berkualitas dalam forum diskusi Maiyah Suluk Surakartan edisi Agustus.

AF

Tulisan terkait