Menu Close

Tanggung Jawab Menyelesaikan

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Dan jangan sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim!” Demikianlah terjemahan surat Ali Imran ayat 102 yang lazim kita dengar maupun baca.

Ayat ini hampir selalu kita dengar dalam khutbah Jumat dan ceramah di pengajian-pengajian.

Dalam majelis-majelis itu, kalimat “wa la tamutunna ila wa antum muslimun” pada ayat tersebut selalu dimaknai jangan mati kecuali sebagai muslim.

Kata muslim, makna secara bahasanya adalah berserah diri kepada Tuhan. Maka kalau kita kupas, aktualisasi berserah diri adalah berusaha sekuat tenaga untuk menjalani hidup dalam langkah demi langkahnya dengan sebaik mungkin, totalitas, kaffah, menyelesaikan setiap pekerjaan yang sudah dimulai dengan penuh tanggung jawab.

Dengan jangkar ini, kalimat “wa la tamutunna ila wa antum muslimun” kiranya bisa kita tadabburi secara lebih membumi dan aplikatif dengan “jangan sekali-kali mati dalam keadaan wanprestasi!”

Wanprestasi adalah istilah perbankan yang semakna dengan gagal bayar. Arti lebih luasnya adalah tidak menuntaskan atau melunasi yang seharusnya ditunaikan. Artinya tidak bertanggung jawab atas amanah yang diberikan.

Tadabbur ini diharapkan menjadi pengingat kita dalam menjalani setiap langkah kehidupan, dalam melakukan aktivitas sehari-hari di ranah masing-masing. Dengan begitu akan berdampak pada meningkatnya produktivitas dan meminimalkan kemungkinan merugikan kepentingan bersama akibat tanggung jawab yang tidak tertunaikan.

Produktivitas bukan melulu soal profit, cuan, duit. Bukan. Produktivitas adalah kemanfaatan bagi kehidupan. Jika ingin mati dalam keadaan disayang Tuhan, maka selagi masih hidup semestinya kita senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk bertanggung jawab di setiap pekerjaan, menghindari wanprestasi, sehingga lebih manfaat bagi kehidupan.

Bagaimana pendapat teman-teman? Mungkin ada sudut pandang lain, ide pengaplikasian, atau tips dan pengalaman yang berkaitan? Silakan disampaikan di majelis sinau bareng kita, Suluk Surakartan! Matur nuwun.

Ibudh

Tulisan terkait