Menu Close

Eksplorasi Makna Puasa Sejati

Malam semakin larut namun para jamaah Suluk Surakartan malah semakin asik bertaut rasa, sempat hujan deras sampai talang air bocor, hingga jamaah perlu berpindah ke tempat yang lebih kering. Forum berlokasi di FM Wood lantai bawah sama seperti beberapa pertemuan terakhir. Tema diskusi pada edisi ke 80, Jum’at, 22 Maret 2024 kali ini adalah “Postponed Culinary”.

Moderator mengawali acara dengan bertawasul dan berkirim doa terkhusus untuk guru serta para marja’ maiyah yang jamaah cintai dan hormati. Dirasa cuaca yang semakin dingin dengan sisa gerimis yang jatuh, moderator menjajal menghangatkan suasana dengan mulai membahas mukadimah diskusi dan mencoba memantik jamaah yang hadir untuk ikut berdiskusi.

Dengan nuansa Ramadhan tahun ini, muatan diskusi yang di angkat berhubungan dengan puasa, puasa bukan sekadar tentang menunda makan dan minum dari Subuh hingga Maghrib, tetapi memiliki makna yang lebih dalam. Ada maksud yang ingin kita wedar bersama di balik ibadah tersebut dan bagaimana itu dapat mengarahkan seseorang menjadi insan yang bertaqwa. Diskusi mengajak untuk melihat lebih jauh dari sekadar tindakan fisik dan ritual, tetapi juga mencari pemahaman tentang tujuan dan makna sejati dari ibadah puasa di bulan Ramadhan ini.

Beberpa pengalaman dalam penerapan puasa dilingkungan pekerjaan coba diceritakan oleh Imam yang beberapa kali memiliki pengalaman yang kurang baik karena kurangnya kontrol terhadap diri, seperti contoh tidak terkontrolnya pengeluaran finansial yang digunakan untuk ini itu yang tanpa rem hanya tau ngegas saja hingga kantong pun jebol karena hal ini. Imam berpesan agar teman-teman jamaah bisa sinau esensi puasa, seperti tau kapan bisa ngegas dan ngerem, dimana ini penting untuk di terapkan dalam menjalani kehidupan.

Seperti halnya Imam, Pak Ranto pun sebagai pedagang mempunyai banyak cerita pengalaman, salah satunya adalah pedagang itu harus bisa tau makna puasa, karena bakal dihadapkan dengan proses kesabaran, ketelatenan, kesungguhan yang panjang, berdagang memang tidak boleh kemrungsung untuk mendapat laba, perlu praktik puasa dalam berdagang hingga dapat berbuka dengan nikmat akhirnya.

Dari banyak cerita yang saling dibagikan para jamaah, muncul pertanyaan dari pemuda yang baru saja lanjut untuk kuliah, Abi bertanya dalam diskusi tentang bagaimana melatih mental seorang pemuda dalam menghadapi kehidupan?. Hal ini di jawab oleh Imam, kalau benar mau melatih mental ya harus mandiri, salah satunya merantau dan jauh dari semua orang yang bisa di andalkan dalam hidup. Kalaupun kondisi tidak bisa merantau, paling tidak kita bisa belajar menghindari ketergantungan dengan orang lain.

Diskusi masih berlangsung hingga tak terasa sudah lebih dari tengah malam, setelah diskusi dipungkasi, moderator menutup forum Suluk Surakartan edisi kali ini dengan bersama mengucap hamdalah dan salam.

Tulisan terkait