Sebuah peribahasa populer sudah kita dengar dan baca di kala Sekolah Dasar. Menggambarkan seorang manusia yang hidup dalam lingkup sempit berdinding sekeliling.
Melihat keluar lingkup itu ia tak bisa. Apalagi melangkah dan berlari menembus dinding di depannya. Mustahil.
Dampaknya, orang tersebut hanya tahu perihal yang ada dalam ruang lingkupnya. Itu saja. Padahal, ruang itu tak memiliki banyak ragam. Bahkan yang ada hanya beberapa hal yang itu-itu saja.
Orang tersebut berada di dalam lingkup di waktu yang lama. Melintasi jenjang usia. Jadinya apa?
Ia menjadi orang berpandangan sempit, berpikiran monoton. Bertumpu pada khasanah pengetahuan yang sangat terbatas. Karena hanya isi ruang itu saja yang dibaca.
Dalam bahasa cangkrukan, kita sering menggambarkan kondisi orang demikian dengan: dolane kurang adoh. Sekarang ini, orang model demikian tak sulit kita jumpai. Orang hanya bergaul dan belajar di dalam sebuah komunitas dengan isme tertentu. Jadilah ia menganggap kelompoknyalah yang paling unggul, paling benar, paling mampu menyelesaikan persoalan dunia.
Dampaknya, terjadi gesekan yang tidak sehat antar kelompok, organisasi, komunitas. Karena masing-masing individu di setiap kelompok hanya belajar di lingkupnya sendiri. Hanya mau mendengarkan ceramah guru kelompok itu saja.
Padahal ilmu Tuhan begitu luas hingga tak mungkin bisa kita tampung semua. Di luar lingkup kita ada jauh lebih banyak khasanah pengetahuan yang seyogianya kita lihat, sentuh, ambil. Tuhan mencipta keanekaragaman agar kita saling berkenalan, dan belajar.
Dari fenomena ini, kita dapat melihat bahwa tujuan tiap kelompok yang kita husnudzan-i membangun kehidupan yang lebih baik, menjadi tidak tercapai karena yang terjadi adalah gesekan antar mereka yang justru menimbulkan chaos baru.
Sekarang pertanyaan pentingnya adalah, apakah mental seperti itu juga dimiliki oleh Jama’ah Maiyah? Apakah JM juga tergambar dalam peribahasa populer yang kita dengar dan baca kala Sekolah Dasar? Apakah kita adalah katak-katak dalam tempurung?
Mari melingkar dan kita tafakuri bersama! (Ibudh)