Mas Sabrang pernah memetakan posisi seseorang terhadap suatu masalah menjadi tiga. Adalah lingkar pengaruh, lingkar peduli, dan lingkar perhatian. Kesadaran akan posisi ini sangat penting untuk efektivitas dan efisiensi dalam merespon masalah tersebut. Kita akan mudah memahami ketiga posisi ini dengan analogi sepeda motor.
Lingkar pengaruh adalah posisi pengendara. Lingkar peduli adalah posisi penumpang. Dan lingkar perhatian adalah posisi pengendara motor lain.
Seorang pengendara berkuasa berbuat apa saja dengan motornya. Gaspol, rempol, ngeplek, dan sebagainya. Si penumpang berkesempatan memberikan arahan atau mengingatkan pengendara. Misalnya menyuruh pelan, belok, dan sebagainya. Dan, pengendara motor lain hanya bisa melihat tanpa berbuat banyak. Paling hanya teriak atau misuh atau istighfar bila motor itu ngeblong bangjo.
Di kehidupan, banyak sekali persoalan. Apakah semua mesti kita hadapi dengan effort yang sama? Tentu tidak. Orang bilang, ada skala prioritas. Posisi kita dalam peristiwa penentuan harga BBM adalah di lingkar perhatian. Tak kuasa urun rembuk apalagi ketok palu. Tapi posisi kita dalam peristiwa anak ngompol di kursi, adalah di lingkar pengaruh. Bisa mengatasi sendiri.
Langkah Pertama (judul episode ini), kalau dipandang dengan pemetaan di atas adalah istilah yang mewakili lingkar pengaruh. Adalah persoalan yang kita hadapi sehari-hari yang memungkinkan kita ikhtiari.
Menyangkut perihal Maiyah, di Silatnas kemarin, salah satu marja’, Pak Toto Rahardjo, sempat menegaskan bahwa maiyahan itu tidak berhenti pada sinau bareng atau diskusi. Maiyahan mesti diwujudkan dalam aktivitas sehari-hari. Di bidang apa saja yang digeluti oleh setiap pejalan Maiyah.
Maka itu, dalam menapaki hidup, kita harus berusaha serius, khusyuk, totalitas. Karena kalau diibaratkan pohon, Langkah Pertama adalah biji yang baru tumbuh. Ia rentan sehingga harus dirawat dengan serius. Agar bertahan dan tumbuh hingga menjadi pohon yang berbuah dan menebar banyak manfaat.
Mari melingkar dan menggali detail-detailnya!
Ibudh