Sekian puluh tahun bangsa ini konon telah memproklamasikan kemerdekaannya, sekian tahun pula bangsa ini belum bisa mengapai cita-cita kemerdekaannya. Entah sampai kapan bangsa ini akan terus mengalami fase kehidupan seperti ini? Lantas kapan bangsa ini bisa mengapai cita-cita kemerdekaannya?
Semua itu tergantung pada diri kita masing-masing. Terutama para pemimpin bangsa ini yang notabene sebagai sopir, masinis, pilot atau bocah angon dari bangsa Indonesia. Ketika kondisi bangsa ini tergantung pada pemimpinnya, apakah bangsa ini tak mempunyai pemimpin yang mampu membawa Indonesia menjadi bangsa yang adi luhur?
Dengan melihat kondisi bangsa ini, nampaknya bangsa ini belum memiliki sosok pemimpin yang diharapkan mampu mengarahkan dan membawa kapal besar nusantara ini dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Lantas siapakah sosok pemimpin yang mampu mengentaskan bangsa ini dari masalah yang multi-dimensional? Sebelum beranjak jauh membahas soal pemimpin atau kepemimpinan nasional. Mari kita coba hayati makna yang terkandung didalam lirik tembang Iir-ilir berikut ini:
“Lir-ilir, lir-ilir// Tandure wis sumilir// Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar// Bocah angon-bocah angon penekno blimbing kuwi// Lunyu-lunyu yo peknekno kanggo mbasuh dodotiro// Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir// Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore// Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane//Yo surako… surak iyo…”
Lir-ilir merupakan tembang yang diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Tembang yang memiliki pesan begitu mendalam ini, sering dijadikan Kanjeng Sunan sebagai bahan dalam mensyiarkan Islam ditanah Jawa. Dulu tembang ini begitu populer ditengah masyarakat jawa baik dikalangan orang dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi dengan seiring berjalanya waktu, tembang ini sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan atau dilupakan. Sehingga tembang ini jarang sekali kita perdengarkan dari mulut orang-orang yang berada disekitar kita, terutama dari generasi milenium saat ini.
Didalam lirik tersebut terdapat kata “bocah angon”. Siapakah sebenarnya bocah angon atau anak pengembala yang dimaksudkan dalam lirik tersebut? Dalam tafsiran Cak Nun, kata bocah angon merupakan perwujudan atau simbolisasi dari pemimpin nasional yang mampu mengayomi, memiliki kesangupan mengemong seluruh masyarakat. Seperti halnya pengembala yang sedang mengembalakan ternaknya. Lantas siapakah pemimpin nasional itu? Apakah Presiden, Gubernur, Walai Kota, Bupati, Camat, Lurah, RW dan RT dalam konteks pemerintahan? Ataukah ketua NU, Muhammadiyah, Persis, LDII, HTI, MTA dalam konteks ormas keagamaan?
Sebelum kita menginjak jauh siapakah bocah angon atau pemimpin nasional tersebut. Mari kita selami pengertian pemimpin terlebih dahulu. Apalagi ditengah kondisi bangsa Indonesia saat ini yang sedang riuh ramai membicarakan pemimpin dalam konteks kenegaraan. Pada sejatinya setiap insan manusia yang diciptakan merupakan pemimpin dimuka bumi atau khalifah fil ardl. Tugas pemimpin tersebut menjaga, merawat dan memelihara keselarasan di muka bumi ini. Namun yang menjadi pertanyaan apakah setiap manusia dapat menjalankan tugas dan fungsi kekhalifahan dimuka bumi ini?
Dan kemudian ketika ditarik dalam konteks kenegaraan apakah kepala pemerintahan merupakan khalifah sebagaimana yang dimaksudkan bocah angon dalam lirik tembang Lir-ilir? Melihat fenomena kebangsaan saat ini, para kepala pemerintahan bukanlah sosok seorang pemimpin. Namun para kepala pemerintahan lebih tepatnya mereka bertugas sebagai pejabat negara. Dilihat dari prespektif kepemimpinan mereka belum mampu memenuhi tugas sebagai pemimpin yang dapat membawa kapal besar nusantara ini kearah yang tepat. Karena mereka masih tersandera dan lebih mementingkan kepentingan golongan yang mengusungnya daripada kepentingan bangsa ini.
Begitu pula dalam konteks ormas keagamaan. Apakah ketua ormas merupakan pemimpin yang dimaksudkan? Mereka juga bukan sosok pemimpin yang dimaksudkan. Karena mereka masih terjebak dalam kepemimpinan yang bersifat sektarian/golongan dan bukan pemimpin umat secara universal atau menyeluruh.
Lantas siapakah bocah angon yang dimaksudkan dalam lirik tembang Lir-ilir? Apakah bocah angon merupakan kepemimpinan personal ataukah sekumpulan dari bebrapa orang? Dan apakah kita mempunyai bocah angon yang mampu mengembalakan bangsa ini? (WS)