“Istiqomah itu tidak mudah. Istiqomah dibangun dari ketidakmudahan-ketidakmudahan.”
Kalimat tersebut terucap dari Mas Sabrang untuk menyemangati sekaligus meng-apresiasi 3 Tahun Majelis Maiyah Suluk Surakartan istiqomah berjalan. Menemani Jamaah Maiyah se-Solo raya dan sekitarnya.
Pada tanggal 24 Mei 2019 M (Malam Sabtu Kliwon) Majelis Maiyah Suluk Surakartan digelar. Berlokasi di Rumah Maiyah, Tanjung Anom, Grogol, Sukoharjo. Dalam rangka mengeti usia 3 tahun, tajuk Ajibah diangkat sebagai tema. Dan mas Sabrang dihadirkan untuk membersamai kemesraan ulang tahun ke-3 SS malam itu.
Pukul 21.00 Jamaah telah memadat. Sang moderator membuka acara dengan mengajak seluruh jamaah menggemakan shalawat. Shalawat adalah bentuk setoran cinta kita kepada sang Baginda Muhammad Saw. Satu-satunya pemegang “kartu AS” (syafaat) yang dapat kita andalkan dihadapan Tuhan kelak. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad.
**
“Dalam 3 tahun perjalanan Suluk Surakartan, ajibah/ keajaiban apa yang pernah anda rasakan dan dapatkan?”
Kalimat tersebut dilontarkan moderator sebagai pemantik awal diskusi. 3 perwakilan jamaah maju ke depan. Mas Bimo, salah satu jamaah menuturkan, sudah 2 tahun setengah ia nyemplung di Maiyah. Persentuhan itu bermula saat menghadiri Majelis Mocopat Syafaat Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, ilmu-ilmu yang ia timba di Telaga Maiyah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sampai kemudian mas Bimo mengalami suatu Ajibah (keajaiban) Maiyah dalam unit usaha yang ia rintis. Beliau membuka lapak online @infobarkassolo di media Instagram. Melalui jalinan silaturahmi, ketekunan, dan niat untuk membantu orang dalam mendapatkan suatu produk/ barang bekas khususnya, kini mas Bimo telah memiliki 11 ribu follower. Itu menjadi indikasi dimana lapaknya semakin dipercaya orang dan memberi manfaat banyak bagi khalayak. Secara otomatis hal tersebut sangat mempengaruhi pundi penghasilannya.
Jarum waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB, mas Sabrang didampingi pak Munir Asad hadir dan menyapa seluruh jamaah. Karena sedang ulang tahun, prosesi potong tumpeng dilakukan. Diawali dengan membaca Al fatihah bersama, pak Munir memotong pucuk tumpeng untuk kemudian diberikan kepada mas Sabrang. Diikuti tepuk tangan panjang, sebagai ekspresi syukur dan kegembiraan.
Agar semua turut kecipratan berkah, nasi tumpeng berikut ingkung, kluban, dan kawan-kawannya dibagikan. Para hadirin ikut makan berjamaah. Kembulan sodara-sodara. Semua makan. Semua keduman. Semua kenyang. Semua senang.
**
Maaf sedikit agak melebar. Sepengamatan saya, managemen pembagian tugas para penggiat SS sangat terkoordinir. Rapi dan tas tes. Semua menjalankan tugasnya dengan baik sesuai jobdesk masing-masing. Mulai dari juru shooting, pembidik gambar, kru musik, sampai tim laden makanan dan minuman. Dari sekian penggiat SS yang bertugas malam itu, satu orang yang benar-benar mobile dan rasa-rasanya ‘gak duwe kesel. Mondar-mandir, wara-wiri, sana-sini. Adalah mas Ranto. Pria berbadan gempal, kekar, dan sangar itu dengan setia ngladeni, mengantarkan hidangan dan kopi untuk narasumber dan seluruh jamaah. Mas, saya curiga, diantara kita semua, andalah yang mungkin diizinkan Tuhan untuk masuk sorga duluan. (Amiin)
Teman-teman, malam itu jamaah yang hadir sangat banyak. Full, dari depan hingga belakang. Asap pun kemebul. Kemendeng di awang-awang. Hampir semua jamaah adalah ahli hisap. Ya, mereka siap untuk menghisap pendaran-pendaran Ajibah Maiyah melalui pintu keilmuan mas Sabrang MDP.
**
Sinau bareng dengan mas Sabrang itu seperti halnya diajak masuk ke ruang perpustakaan besar. Kita mau tanya/ cari bab ilmu apa saja ada. Mas Sabrang begitu kaya referensi, analogi, tata bahasa, riset ilmiah, sampai hal spiritualitas. Semoga ini tidak berlebihan. Tapi menariknya mas Sabrang tidak pernah memberi kita ikan. Yang beliau kasih adalah kail dan umpannya. Kita dimerdekakan untuk melihat, memahami serta mengambil kesimpulan atas suatu peristiwa berdasar kapasitas dan kedaulatan diri masing-masing.
Menyinggung perihal tema Ajibah, mas Sabrang memberikan penjelasan awal bahwa tidak ada dalam hidup ini yang bukan keajaiban. Hidup ini adalah keajaiban. Dan konsep keajaiban itu bervariasi. Macam-macam bentuknya. Ada yang rumit. Ada yang sederhana. “Bagi anak kuliah, belum bayar kost, ndilalah ibu kost lupa nagih, itu sudah termasuk keajaiban.” Seloroh mas Sabrang disambut tawa renyah para jamaah.
Sadarilah bahwa manusia juga suatu keajaiban. Hidup manusia dimulai dari keajaiban. Kita ini kan berasal dari satu dari sekian juta sel sperma bapak yang bertarung yang hendak membuahi sel telur ibu. Satu sel sperma yang menang bertarung itulah yang kelak lahir dan jadilah kita. Apakah itu bukan suatu keajaiban?
Mas Sabrang kemudian mengatakan, 3 tahun Suluk Surakartan ini juga pantas disebut keajaiban. Bagaimana tidak? Istiqomah mlaku 3 tahun, sebulan sekali rutin ngumpul, itu tidak mudah lho. Banyak kendala, ujian, halangan. Istiqomah itu tidak mudah. Istiqomah dibangun dari ketidakmudahan-ketidakmudahan. Dan sekarang kita lihat semakin banyak teman-teman yang merespons, bergabung melingkar, bahkan tandang gawe ikut ambil bagian menjadi penggiat. Itu Ajibah yang patut disyukuri.
Pak Munir yang duduk disamping mas Sabrang turut mengelaborasi. Beliau menceritakan tentang Ajibah Maiyah yang menjurus ke sektor ekonomi. Salah satunya dengan berdirinya kedai kopi parang di kawasan Laweyan. (Kopi parang ini didirikan dan dikelola oleh pak Munir bersama para penggiat SS). Menurut pak Munir, yang utama ditawarkan dari kopi parang bukan menunya. Produk itu hanya pengantar. Yang pokok adalah kesan, pelayanan, dan kenyamanan pengunjung. Maka yang dibangun di dalam tubuh managemen kopi parang ialah bebrayan. Merangkul semua. Konsep silaturahmi-ekonomi itu sangat besar sekali impactnya bagi kelangsungan suatu unit usaha. Jelas Pak Munir, yang dibalas applause meriah.
Mas sabrang sedikit menambahkan, ada satu trik untuk menumbuhkan pendapatan ekonomi dalam suatu usaha/ bisnis. Yakni dengan memperlakukan orang/ pengunjung/ user seperti orang yang kita sayangi. Dengan begitu mereka akan merasa dihormati, krasan dan enggan berpaling hati. Dalam usaha jual beli yang diperhitungkan tidak melulu soal untung-rugi. Uang hanyalah efek samping/ tolok ukur dari kadar manfaat dan jasa baik pelayanan kita terhadap orang lain.
Tepat pukul 00, Kak Dora dan kolega mencairkan suasana lewat suguhan lagu Damai Bersamamu. Asli, kami (lebih tepatnya saya sendiri) benar-benar damai dibuai merdu suaranya. (Haha, jomblo, bersabarlah)
**
Teman-teman sekalian, geliat silaturahmi-ekonomi nampaknya juga tersaji di Rumah Maiyah Suluk Surakartan. Dibelakang, beberapa penggiat menjajakan sepaket air mineral plus kopi seharga 5 ribu rupiah. Murah, nggak ribet. Cukup untuk melawan kantuk dan teman menyulut udut.
**
Selanjutnya, sesi tanya jawab dibuka. Ada 3 penanya sekaligus. Masing-masing melontarkan pertanyaan yang berbeda. Mas Samsul menanyakan tentang bagaimana reaksi kita, apabila kita sudah berupaya memberi manfaat ke orang lain tapi justru malah dipukili (dicurangi). Disusul mas Febrian yang bertanya apa definisi alam bawah sadar versi mas Sabrang? Dan terakhir ada mas Maulana yang pertanyaannya sedikit nyeleneh, boleh tidak kita membayangkan Allah itu berwujud sesuatu? Dan bagaimana caranya berkhusnuzon sama Allah?
Meski ketiga pertanyaan itu memiliki bobot dan penalaran yang berbeda, namun mas Sabrang dengan jeli memberi satu pijakan yang sama. Kejujuran. Jujur pada diri sendiri.
Pada kasus pertama, mas Sabrang menjelaskan, kita harus jujur pada diri sendiri. Akurasi harus tepat. Apakah kita dicurangi itu karena faktor ketidaktahuan/ ketidakhati-hatian kita? Kalau sudah berniat baik untuk nulung kok malah di penthung, maka yang demikian bukan menjadi urusan kita lagi. Melainkan urusan dia dengan Tuhan. Kalau kita sudah tahu dicurangi, justru kita merasa kasihan dengan orang itu. Dan tugas kita adalah menyelamatkan orang yang mencurangi tersebut dari ancaman yang akan timbul dari tindak kecurangan. Ini logika berfikir yang tidak biasa yang ditawarkan oleh mas Sabrang. Sangat senada dengan ayat Tuhan ; In ahsantum ahsantum li anfusikum wa in asa’tum falaha : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka(kejahatan)itu bagi dirimu sendiri. (Al Isra’ : 7). Kata orang Jawa lemah teles, biar Gusti Allah sing mbales.
Berikutnya mas Sabrang memohon izin untuk merespon dulu pertanyaan yang ketiga dari mas Maulana. Bahwa membayangkan Allah seolah-olah berwujud itu posisinya bukan boleh atau tidak boleh. Tetapi tergantung dan sesuai limitasi/ kesanggupan imajinasi pribadi kita sendiri-sendiri. Ini belum tentu berlaku pada orang lain. “Saya rasa Allah juga tidak akan marah apabila dibayangkan seolah seperti ini, atau seperti itu. Asal hal tersebut memacu kita untuk lebih dekat dengan-Nya, tentu tidak jadi masalah.” – papar mas Sabrang.
Sedangkan berkhusnuzon pada Allah dapat ditempuh dengan cara yang sederhana, yaitu dengan meyakini penuh bahwa Allah adalah pihak yang paling tahu mana yang terbaik untuk kita. Tuhan itu bukan pembantu. Yang mesti manut dan nurut dengan kehendak diri kita. Tuhan adalah penjaga. Belum tentu tidak terkabulnya permintaan itu buruk buat kita. Terus saja berbaik sangka pada setiap keputusan Allah. Nanti, entah seminggu, sebulan, sewindu atau kapan saja, Allah akan menyibak tabir dibalik alasan belum terkabulnya suatu permintaan. Sampai akhirnya nanti kita paham, lantas bergumam : “Oh jebul maksud Tuhan itu begini tho..” Dengan kata lain kita adalah hakim masa lalu bagi diri kita sendiri.
Menjawab pertanyaan kedua, mas Sabrang menjabarkan panjang lebar. Alam bawah sadar merupakan alat kontrol diri. Perbandingan alam bawah sadar manusia itu 90%. Sedangkan alam atas sadar 10%. Untuk memanage alam bawah sadar kita agar senantiasa berpihak pada hal kebaikan, beberapa cara yang bisa kita tempuh diantaranya dengan bersyukur, jujur pada diri sendiri dan selalu positif thinking terhadap apa yang telah ditakdirkan Tuhan dalam kehidupan kita. Setiap kejadian yang menimpa, selalu berusaha untuk kita ambil indahnya, ambil hikmahnya. “Wis tho, Tuhan tidak pernah sedikit pun punya niat jahat pada hidup kita. Maka satu-satunya cara adalah kita terus istiqomah berenang di aliran Tuhan.” – tegas mas Sabrang.
Terkait hal ini pak Munir turut berbagi kisah yang dulu pernah dialaminya. Ketika itu, beliau sedang butuh sejumlah uang tunai. Sepetak tanahnya hendak dijual. Namun sialnya tanah tersebut ndak laku-laku. Tak ada satu pun orang atau instansi yang tertarik untuk membelinya. Padahal jelas-jelas kebutuhan sangat mendesak. Kalau dilihat dengan kacamata dulu tentu hal tersebut buruk bagi pak Munir. Namun jika melihatnya sekarang beliau justru tersenyum lebar. Tanah yang tidak laku dijual tersebut kini nilai jualnya naik 100 kali lipat. Dan itu menjadi salah satu investasi terbaik yang pak Munir miliki. “Percaya saja, selalu ada hikmah indah dibalik ketetapan Tuhan.” – Demikian pak Munir berpesan.
Sebelum sesi tanya jawab ditutup, ada satu jamaah yang bertanya tentang makna dibalik lagu Letto Senyumanmu.
Kutahu
Mawar tak seindah dirimu
Awan tak seteduh tatapanmu
Tetapi kau tahu
Yang kutunggu hanyalah
senyumanmu
Bagi para jomblo-jomblo, penggalan lirik lagu tersebut bisa anda jadikan rayuan untuk menakhlukkan hati sang pujaan. Goda mas Sabrang, seketika tawa jamaah lepas. (Hahaha)
Dengan santai sang vokalis Letto memberikan treatment bagaimana kita belajar memaknai lagu-lagunya Letto. Ada dua poin yang mesti diperhatikan. Yakni pola dan agen. Dalam memaknai sebuah lagu kita mesti paham polanya. Struktur dan alur liriknya. Asal-muaranya. Sebab-akibatnya. Konflik dan penyelesaian-nya. Dengan mengetahui pola lirik lagu, maka kita akan memahami makna dan maksud yang terkandung dalam sebuah lagu.
Sedangkan agen, adalah pilihan kita dalam menyematkan tokoh dalam setiap lirik lagu. Misalnya dalam potongan lagu Sandaran Hati.
Sedihku ini tak ada arti jika kau-lah sandaran hati
Pertama, kata kau bisa dinyatakan sebagai pacar, kekasih atau pasangan (suami-istri). Yang kedua, kata kau bisa juga dimaksudkan Tuhan. Pola dan agen ini sangat luwes, cair dan sama sekali tidak mengikat. Maka mas Sabrang katakan, lagu-lagu Letto di desain koma, koheren bukan koresponden. Akibatnya makna setiap lagu Letto menjadi kaya dan beragam. Maka tak heran, kalau Mbah Nun menyebut Letto itu masterpiece-nya Maiyah. Dimana-mana kehadiran Letto selalu dinanti-nanti, digandrungi, bahkan dielu-elukan.
**
Tepat pukul 01.00 ruang rindu mengalun syahdu. Membasuh ruang-ruang hati yang lusuh dan berdebu. Membayar lunas kerinduan jamaah yang menggebu. Dan malam kian mesra-bersahaja lewat persembahan Sebelum Cahaya. Melalui lagu, mas Sabrang menitipkan rindu dan cinta kepada kita agar terus dijaga selamanya.
Malam peringatan 3 Tahun Suluk Surakartan dipuncaki dengan Shohibu baiti. Jamaah berdiri. Temaram membimbing hati menempuh perjalanan sunyi. Mendaki, menuju titik yang sejati.
**
Pungkasnya, dengan penuh cinta dan ketakziman, kami anak-cucu Jamaah Maiyah menghaturkan sugeng ambal warsa kagem Simbah Emha Ainun Nadjib (27 Mei 2019) kaping sewidak enem (66). Mugi tansah pinaringan yuswo ingkang barokah, soho istiqomah nandur-nebar manfaat bagi seluruh umat. Al fatihah. (Muhammadona Setiawan)