Menu Close

Legawa di Akhir Tahun

Berusaha istiqomah melingkar walaupun dalam kondisi yang belum kondusif di masa pandemi ini, jamaah Masyarakat Maiyah Suluk Surakartan berdatangan untuk duduk bersama, tentu dengan tetap melakukan protokol kesehatan, disertai dzikir, sholawat dan doa agar senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan cintanya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Dimoderatori oleh Ahmad Abdul Khaq. Pada Jumat (24 Desember 2021), pukul 20.00 WIB. Dengan tema “LEGAWA”.

Diskusi dimulai dengan Mas Wasis yang memberikan pemaparan arti Legawa secara bahasa.
Dalam KBBI Legawa berarti: Dapat menerima keadaan atau sesuatu yang menimpa dengan tulus hati; ikhlas; rela.
Tetapi dalam bahasa Jawa sendiri berarti: Demen tetulung marang liyan; loma.

Jamaah saling berdiskusi, bertanya dan menanggapi tentang pembahasan tema Legawa malam ini:

Mbah Harmanto memberikan penjelasan bahwa Legawa adalah karunia yang diberikan oleh Tuhan, sedangkan Nglegawa adalah proses kita untuk berusaha mencapai legawa itu.

Mas Umar menanggapi bahwa legawa berawal dari mindset setiap individu, seperti contoh kasus dalam menghadapi masalah, seseorang harus memunculkan kesadaran bahwa masalah bisa dihadapi dengan manajemen “peta” yang jelas agar mengetahui betul masalah apa yang dihadapi, dengan begitu masalah dapat lebih ringan untuk difikir dan diselesaikan.

Mas Wasis memberikan contoh masalah yang beberapa waktu lalu terjadi, ketika kehilangan laptop, dengan masalah tersebut yang dirasakan adalah tidak langsung legawa tetapi masih ada ganjalan atau rasa tidak terima, walaupun sudah memliki kesadaran untuk sabar atau men-treatment diri mencoba “lega” akan hal yang dihadapi. Dari peristiwa itu munculah pertanyaan bahwa ;
1. Apakah legawa itu memang datang dari Tuhan?
2. Apakah legawa dapat di treatment?
3. Apakah legawa hanya bisa selesai dengan berlalunya waktu?

Mas Ibudh menanggapi pertanyaan Mas Wasis, bahwa legawa adalah “ridho”, seperti Allah ridho pada hambanya, tentu ada batas apa saja yang patut di ridhoi atau legawa akan hal tersebut, seperti Allah tidak ridho terhadap hambanya berbuat maksiat.

Treatment untuk legawa adalah iman kepada takdir Allah SWT, dengan begitu tidak menyiksa hati dan bisa akhirnya bisa Nglenggono: mempersilahkan, memperkenankan hati untuk menerima.

Mbah Harmanto menanggapi lagi bahwa legawa sangat penting dalam hidup, kalau manusia tidak bisa nglegawa maka akan ada halangan dalam kehidupan yang akan atau sedang dijalaninya. Belajar sabar dan ikhlas “Sing uwis ya wis”

Pak Pariman juga sedikit menanggapi bahwa legawa itu samudra keikhlasan, berusaha ridho pada qada’ dan qodar dari Allah SWT. Semua akan bermuara pada samudra keikhlasan.

Mas yasin berpendapat bahwa legawa itu bisa berarti “nerimo”. Menerima segala hal yang terjadi dalam hidup.

Mas bagas menanggapi ada ikhtiar syariat dalam mencapai legawa. Jadi legawa mempunyai proses, usaha kita adalah syariaatnya. Dan proses tersebut tidak terjadi secara instant. Perlua adanya latihan dan kemampuan mengelola akal dan hati agar tercapai hakikat legawa.

Pak Ranto Menyikapi legawa dengan muhasabah diri, dengan metode mengelus dada dan berusaha menyelesaikan masalah sebelum tidur, agar mencapai ketenangan dan hati yang sehat.

Diskusi diakhiri dengan doa dan berdiri hikmat dalam lantunan shohibul baity.

Alan fatoni

Tulisan terkait