Malam semakin menjadi namun para jamaah setia Suluk Surakartan malah semakin ramai berdatangan dan merapatkan lingkaran, malam itu bertempat di Aula lantai 2, pabrik mebel milik sesepuh kami Pak Munir. Tema diskusi kita pada edisi ke 65, Jum’at, 25 November 2022 kali ini adalah MAIYAHAN SIANG MALAM. Seperti pertemuan yang sudah sudah, kang Alan memulai acara dengan pembacaan zikir tahlil dan ditambah sedikit syair burdah dan alfassalam bersama seluruh jamaah yang hadir, pada pukul sembilan malam.
Sepertinya Kang Alan yang menjadi moderator malam itu merasa ada beberapa wajah baru yang ikut di dalam lingkaran diskusi kami, sontak langsung Kang Alan menunjuk dan mempersilahkan beberapa teman yang baru bergabung ini untuk bisa memperkenalkan diri, ternyata beberapa memang datang dari jauh, seperti Kota Sragen, Klaten dan Temanggung, ini bukti bahwa para penggiat dan jamaah maiyah selalu haus akan ilmu ilmu yang sekiranya baru mereka ingin pelajari sampai jarak dan waktu tidak membatasi niat dan tekat mereka untuk mengolah diri agar bisa menjadi individu yang lebih paten dan bisa memberikan out put yang positif atau bermanfaat bagi sesama atau bahkan seisi semesta.
Setelah seluruh jamaah saling mengenal satu sama lain Kang Alan pun kembali melanjutkan acara, untuk acara selanjutnya adalah penjelasan Mas Ibudh tentang mukadimah yang telah ia tulis sedemikian ringkas namun jelas, untuk melandasi dan melambari diskusi kita malam itu, nampak raut wajah yang fokus dan serius dari setiap jamaah yang menyimak penjelasan dari Kang Ibudh.
“Maiyah dimalam hari apakah sudah diterapkan di maiyah siang hari, atau hanya menumpuk jadi ilmu yang tidak dimanfaatkan”, menjadi salah satu point penting yang disampaikan Kang Ibudh untuk bisa di diskusikan pada malam itu.
Untuk yang pertama menanggapi yaitu Mas Yus, menurutnya Maiyah itu adalah rumah dialog, Maiyah bukan hanya berbentuk forum seperti Suluk Surakartan atau malam 17an di Jogja sekalipun, karena akan membuat sempit Maiyah itu sendiri, apapun tindakan atau kegiatan yang kita lakukan dan out put nya positif, hal itu sudah termasuk melaksanakan ilmu yang di peroleh dari Maiyahan itu sendiri, pungkas Mas Yus.
Pak Munir pun melengkapi pernyataan dari Mas Yus, yakni apapun yang kamu serap hasilnya harus kemanfaatan, Maiyah diibaratkan sumber mata air yang maksudnya apa saja yang kita ambil atau kita minum, out put yang kita berikan itu harus kemanfaatan, setiap individu harus berproses yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas diri agar apapun yang kita dapat hasilnya dapat menjadi kemanfaatan, karena sebaik baiknya manusia adalah yang bermanfaat.
Kang Alan sebagai moderator mempersilahkan para jamaah yang lain barangkali bisa memberikan pendapat atau bahkan bertanya kepada jamaah yang lain agar lebih bervariasi dan menambah pengetahuan yang barangkali belum pernah kita ketahui sebelum nya.
Sepertinya Mas Atif teman baru kita dari Temanggung tidak mau menyia-nyiakan kesempatan sesi tanya jawab yang sudah di berikan moderator, langsung saja moderator mempersilahkan Mas Atif untuk bertanya kepada jamaah yang lain yang di harap pertanyaan nya terjawab dengan mantab.
“ Ada seseorang yang belum merasa bisa memberikan kemanfaatan apakah karena bum menjiwai maiyah? “
Pak Munir menanggapi pertanyaan tersebut, kurang lebih, bahwa semua orang bisa memberikan kemanfaatan sesuai pemahaman mu dan sesuai bidang mu, dengan begitu setiap orang bisa memberikan manfaat terhadap siapa pun.
Diskusi terus berjalan, proses transfer pengetahuan para jamaah terus berlangsung, Sampai tak terasa waktu sudah di penghujung acara, dirasa sudah cukup puas para jamaah berdiskusi moderator pun mengambil alih kembali untuk mempersilahkan jamaah berdiri untuk melantunkan Shohibu Baity sebelum mengakhiri acara Suluk Surakartan pada malam itu.
Andi