Menu Close

Adalah Pengendalian Diri

Sinau bareng Suluk Surakartan edisi ke-68, Jumat (24/02/23) mengambil judul Ngajeni Dhuwit. Tema keuangan sedianya akan mengisi edisi sebelumnya. Namun karena bertepatan dengan wafatnya salah satu marja’ Maiyah, Mbah KH. Ahmad Fuad Effendi, edisi kemarin diisi dengan judul Jejak Adab Sang Marja’.

Ngajeni Dhuwit, istilah yang dilontarkan oleh Pak Munir. Artinya menghargai uang. Penjabarannya adalah tentang mindset kita terhadap uang yang terejawantahkan dalam menejemen keuangan yang baik, efektif dan efisien.

Setelah penulis mukadimah memantik diskusi dengan mereview secara lisan, jamaah yang pertama kali menyahut adalah Alan Fatoni. Pemuda yang tinggal di tepi Bengawan Solo itu menceritakan perihal pengelolaan keuangan pribadi yang dilakukannya sejak sekian tahun silam.

Alan membagi penghasilannya untuk sejumlah keperluan. Untuk bayar kuliah, kebutuhan rumah, dan anggaran belanja lain. Ia melakukan hal tersebut karena terinspirasi oleh ibunya.

“Saya belajar ini dari ibu saya. Beliau itu, meski cuma karyawan konveksi dengan gaji mingguan, tapi bisa menyekolahkan dua anak sampai lulus. Beliau membagi uang untuk berbagai keperluan secara tertib. Kalau terpaksa harus pinjam, tidak boleh banyak dan pasti tepat waktu membayarnya,” tutur dia.

Pak Munir mengapresiasi cerita Alan. Beliau berpendapat, “Ini contoh yang bagus sekali. Jadi, mengelola keuangan itu tidak harus nunggu jumlahnya besar. Berapa pun angkanya, seharusnya dikelola dengan baik.”

Sinau bareng edisi ini kehadiran wajah baru. Pemuda dari kota Sragen. Seorang youtuber yang menjadi tulang punggung keluarga. Kanalnya bernama Arena Tarung. Kontennya seputar dunia tinju. Silakan teman-teman beri dukungan dengan subscribe. Dia mengaku tipe orang yang simpel, tidak neko-neko. Jadi, kebocoran keuangannya minim.

“Kalau saya cuma rokok,” ujarnya.

Gunawan, pemuda asal Jepara yang bekerja sebagai chef di sebuah restoran Jepang di Solo membagikan cerita menejemen perusahaan kuliner modern yang sangat tertib.

“Dari sejumlah cabang di Jawa Tengah, nasi yang boleh tersisa maksimal satu kilogram. Begitu juga semua komponen masakan, ada batas maksimal yang boleh tersisa. Dan kalau sisa harus dibuang. Tidak boleh dibawa pulang oleh karyawan. Kalau ada pelanggaran, kita dikenai sanksi,” dia membeberkan.

Wasis juga urun rembuk tentang menejemen perusahaan. Menurutnya, sebuah perusahaan harusnya selalu belajar dari pengalaman agar berumur panjang.

“Ya harus belajar dari pengalaman, agar kekurangan yang pernah dialami tidak terulang lagi,” ucap dia.

Setelah didiskusikan cukup panjang, ketemulah bahwa sehat tidaknya keuangan pribadi maupun perusahaan sangat dipengaruhi oleh kesadaran menahan diri.

“Kebocoran keuangan banyak dikarenakan kurangnya menahan diri,” ungkap Pak Munir yang sudah pernah mengalaminya sendiri.

Dia menambahkan bahwa kebocoran itu biasanya tidak terasa karena angkanya kecil. Tapi setelah kita hitung, ternyata angka akumulasinya bisa fantastis.

Oleh karena itu, seyogianya kita sering-sering mengevaluasi keuangan, agar bila ada kebocoran segera dapat diketahui dan diperbaiki.

Dan hal fundamental yang menjadi kekuatan untuk kita sadar pengelolaan keuangan adalah mindset bahwa uang kita layaknya istri. Jangan dieksploitasi demi memuaskan keinginan yang tidak penting. Uang harus diajak untuk berjuang menggapai masa depan yang lebih baik dan memberi manfaat bagi kehidupan.

Jarum jam di posisi melampaui angka 12. Tengah malam telah lewat. Acara pungkas. Andi memetik gitar sambil menyanyi. Lalu mengangkut piring dan gelas untuk dicuci.

Ibudh.

Tulisan terkait