Jumat, 28 Juli 2023, pukul 21.00 WIB, jamaah masyarakat Maiyah Suluk Surakartan memulai forum diskusi rutin yang digelar tiap bulan di pabrik mebel FM Wood, yang dimiliki oleh Bapak Munir. Secara terjadwal, hari yang dipilih adalah Jumat pada minggu keempat.
Alan, yang bertindak sebagai moderator, membuka forum yang dilanjutkan dengan doa pembuka oleh Abdul Khaq. Doa tersebut ditujukan untuk para marja’ Maiyah, khususnya Mbah Nun, agar segera diberi kesembuhan dan masih dapat menemani kami semua anak cucunya. Doa tersebut kemudian dilanjutkan sholawat Alfasalam yang dilantunkan bersama-sama.
Abdul Khaq mulai melambari diskusi yang berjudul “Trataban”, sesuai dengan mukadimah diskusi yang ia tulis. Beberapa fenomena penting disinggung, seperti pesatnya kemajuan teknologi informasi, tren media sosial, banjir informasi, dampak pada masyarakat, serta berbagai respon yang muncul dalam situasi ini. Moderator mengajak jamaah untuk menyelami bersama fenomena tersebut dan bersama-sama memikirkan apa yang perlu dilakukan di era kemajuan teknologi dan informasi ini.
Reno, salah satu jamaah yang baru pertama kali hadir di forum ini, diajak moderator untuk mencoba merespon diskusi. Perkenalan pun berlangsung, “Saya Reno, umur 29 tahun, tinggal di Karanganyar, dan saat ini bekerja di Koperasi Kemenag Solo.” Reno menyoroti pentingnya pemahaman informasi bagi pemuda. Ia menjelaskan bahwa pemuda sering terlibat dalam salah paham yang menimbulkan perdebatan yang tidak berujung.
Abdul Khaq mencoba merespon, ia menjelaskan ada tiga filter yang dipakai Socrates dalam menyaring informasi, seperti menilik kembali kebenaran dan kevalidan suatu informasi, kemudian mempertimbangkan apakah informasi tersebut baik untuk didapatkan, serta memperhatikan tingkat kemanfaatannya bagi diri sendiri dan sosial. Dengan demikian, kita memiliki kuda-kuda yang kuat saat diterjang oleh banyaknya informasi yang ada, “dadi ora trataban”.
Ketika diskusi sedang berlangsung intens, Yus, salah satu jamaah Suluk Surakartan tiba dan memecah fokus kami dengan membawa banyak susu segar. “Ini dagangan saya diborong Mas Wasis untuk teman-teman,” ujarnya. “Alhamdulillah” ungkap syukur kami sambil bingung, apakah harus minum susu dulu atau melanjutkan diskusi yang terputus. “Maturnuwun Mas Wasis,” celetuk salah satu jamaah sambil tertawa dan meraih susu rasa coklat.
Selain Reno, ada juga Toyo yang baru saja hadir di tengah diskusi. Ia telah menggeluti dunia seni rupa cukup lama, kuliah di UNS, dan sempat menetap di Jogja sebelum kembali ke Solo karena suatu hal. Ia menyoroti pentingnya kemampuan kritis dalam memahami informasi yang diterima. Terkait dengan perdebatan yang terjadi di media sosial atau secara langsung, ia memilih untuk menghindarinya dan lebih suka terlibat dalam diskusi untuk membahas suatu hal.
Diskusi masih berlanjut hingga tak terasa malam telah setengah berlalu. Kami semua sepakat tentang pentingnya menyaring informasi dengan bijak. Baik pemuda maupun orang tua harus memprioritaskan informasi yang benar dan terpercaya, serta mempertimbangkan kebaikan dan kemanfaatannya. Dalam era kemajuan teknologi dan informasi ini, kemampuan untuk mengelola informasi dengan bijak adalah kunci untuk menghindari kebingungan dan perdebatan yang tidak produktif.
Forum diskusi ini menjadi wadah bagi para jamaah untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Dalam suasana yang penuh keakraban, dapat menjadikan diskusi ini sebagai pintu gerbang untuk mengeksplorasi fenomena-fenomena yang dihadapi dalam era teknologi dan informasi yang semakin berkembang pesat.
Dalam mengakhiri diskusi, moderator menambahkan pendapatnya tentang pentingnya kebijaksanaan dalam mengelola informasi. Baik pemuda maupun orang tua, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas. Dalam dunia yang dipenuhi dengan berbagai sumber informasi, kemampuan untuk memilah dan memilih informasi yang valid, baik, bermanfaat dan berkualitas akan membantu kita mengambil keputusan yang tepat dan membangun pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitar kita. Forum pun ditutup dengan doa oleh Abdul Khaq, jamaah berangsur pulang membawa obat kerinduannya masing-masing.