Menu Close

Tak Ada Mie Efektif, Adanya Mie Instan

Majelis masyarakat Maiyah Suluk Surakartan edisi ke-73, Sabtu Wage (25/08/23) berlangsung seru. Judul yang asing bagi banyak orang menjadi perbincangan panjang di awal sesi diskusi. Troubleshooting, istilah perkomputeran yang asing di telinga orang awam.

Dari bahasanya, troubleshooting boleh dimaknai sebagai alat pemindai ketidakberesan kerja komputer. Ia coba dipersonifiksikan ke alam manusia. Adakah fungsi itu pada diri manusia?

Komputer dari hari ke hari acap kali mengalami upgrading, peningkatan kemampuan. Peristiwa tersebut tidak selalu berjalan mulus. Terkadang malah mengalami salah langkah alias trouble. Apakah manusia bisa mengalami hal serupa?

Hampir semua jamaah bersuara menanggapinya. Istilah ini memunculkan perdebatan tersendiri. Sampai kemudian moderator mengajak untuk tidak berkutat di pembahasan dari tinjauan teknis. Hingga kemudian Mas Ridwan, jamaah asal Sragen, menghubungkannya ke kisah manusia pertama, Adam dan Hawa.

Waktu itu Iblis berkabar bahwa jika mengudap buah Khuldi, Adam dan istrinya akan mengalami upgrading, yakni bisa hidup kekal di surga.

“Tapi bukannya kekal, malah terlihat auratnya,” ucap Ridwan.

Ia melanjutkan, “jadi itu durung wayahe (belum waktunya).”

Terlepas dari istilah troubleshooting, yang kemudian tidak disebut-sebut lagi, obrolan berlanjut mengerucut pada kata upgrading.

Pak Munir menyambung tuturan Mas Ridwan. Bahwa instan itu berbeda dengan efektif. Instan identik dengan ketergesaan, padahal menurutnya apa pun di kehidupan ini butuh proses.

“Apa pun yang instan pasti hasilnya tidak baik,” tegasnya.

“Tapi yang ada itu mi instan, gak ada mi efektif,” lanjutnya berkelakar.

Efektif adalah tepat guna. Jauh dari kesia-siaan. Itu yang sudah lazim kita fahami.

Di tengah perbincangan, Indra Agusta datang dengan temannya. Setelah dipersilakan urun rembuk, ia membagikan banyak wawasan berkait pengalamannya.

Bahwa upgrading itu bisa dilakukan dengan bekal kesungguhan. Kuncinya adalah mau belajar dengan tekun dan sabar. Juga harus tegas mengambil keputusan.

Ia telah membuktikan hal tersebut. Dulu, berawal dari sebagai seorang operator warnet, ia bisa menguasai berbagai keahlian komputer dan jaringan, yang memberikan manfaat sekaligus menghasilkan uang.

Tegas dalam mengambil keputusan, misalnya ia alami saat bekerja di perusahaan konstruksi besar dengan gaji besar di Jakarta. Waktu itu, karena neneknya sakit, ia memilih keluar dan pulang ke Sragen untuk merawatnya. Dan pilihan itu tidak membuatnya kehilangan penghasilan. Peluang-peluang baru kemudian ia dapatkan.

Kang Ranto menambah asupan sebelum pulang lebih awal untuk persiapan kerja esok. Ia menanggapi kisah masa lalu Alan yang mengalami kejumudan, fanatik buta dengan sebuah ajaran, bahwa itu seperti katak dalam tempurung. Dan mungkin, itu salah satu contoh trouble-nya manusia dalam proses upgrading.

Dari diskusi yang menembus pergantian hari, terekam hikmah bahwa upgrading seyogyanya senantiasa kita upayakan, dengan satu hal yang mesti diingat, yakni ketekunan menjalani proses. Ketekunan akan membuat proses upgrading lebih efektif dan berhasil. Jangan upgrade diri secara instan! []

Ibudh

Tulisan terkait