Menu Close

Kehangatan Majelis Tak Bertema

Maiyahan Suluk Surakartan edisi ke-78, Jumat Pon (26/01/2024) berbeda dari biasanya. Hampir sewindu simpul Maiyah di kota Solo ini berproses, selalu mengusung tema dan bahkan judul yang diracik dalam Pawon, beberapa hari sebelumnya. Tapi tidak untuk edisi ini. Pawon yang berlangsung di Kopi Parang, Sabtu (20/01/2024), menghasilkan satu menu baru: sinau bareng tanpa tema.

“Eksperimen” ini dilakukan oleh para pegiat guna menguji hipotesa bahwa dengan tanpa tema, diskusi akan berjalan lebih dinamis dan meluas. Jamaah akan memperoleh keleluasaan untuk mengutarakan gagasan maupun persoalan pribadinya, tanpa terikat oleh satu pokok bahasan.

Lalu apa yang terjadi?

Setelah sejumlah jamaah duduk bersila di atas karpet hijau TJA usai gerimis malam itu, moderator Alan membuka acara dengan ajakan membaca Ummul Kitab. Dilanjutkannya dengan mengutarakan sebuah gagasan semi pertanyaan mengenai keberuntungan.

“Keberuntungan itu datang tiba-tiba atau berkat konsistensi yang berlangsung lama?” pantik dia.

Alan mengisahkan sejarah penemuan Penicillin, obat antibakteri yang dikenal luas sampai saat ini. Penicillin ditemukan secara tak sengaja oleh seorang ilmuwan, Alexander Fleming, pada tahun 1928. Saat itu Fleming sedang melakukan eksperimen dengan bakteri Staphyococcus. Dalam prosesnya, dia meninggalkan laboratorium selama beberapa hari untuk berlibur. Sepulang liburan, dirinya mendapati salah satu cawan petri berisi bakteri itu terkontaminasi spora jamur Penicillium, dan di situ tidak terjadi pertumbuhan bakteri sebagaimana di cawan petri lainnya.

Singkat ceritanya, jamur Penicillium kemudian diteliti lebih lanjut oleh beberapa ilmuwan lain hingga kemudian dijadikan sebagai obat infeksi sejak Perang Dunia Ke-2 hingga saat ini.

Kisah tersebut menampilkan sebuah keberuntungan yang didapat oleh seorang ilmuwan. Hal ini mengingatkan kita pada pesan Al Quran bahwa dalam hidup ini ada rezeki yang datangnya tak terduga: la yahtasib (Qs. 65:2-3). Ayat ini menginformasikan bahwa rezeki model begini akan diberikan kepada orang yang bertakwa.

Seperti kita tahu, taqwa bukanlah sesuatu yang datang tiba-tiba. Ia adalah proses, yang sangat mungkin panjang dan melelahkan. Yang menguras keringat dan air mata.

Seorang sahabat Nabi Saw. bernama Ibnu Abbas Ra. mengilustrasikan takwa sebagai sikap saat berjalan di jalan setapak yang penuh duri. Satu ilustrasi yang dengan mudah dapat kita maknai. Adalah kecermatan dan kehati-hatian. Kalau konteksnya pekerjaan, berarti ketekunan dan ketelitian. Yang itu tidak dilakukan hanya sekejap saja, melainkan terus menerus. Artinya, untuk berhak memperoleh rezeki yang tak terduga, diperlukan effort yang tak sederhana.

Jika kita menggunakan tadabbur ayat ini untuk meninjau sejarah penemuan Penicillin, bisa kita fahami bahwa jamur Penicillium adalah hadiah Tuhan untuk ketekunan Fleming dalam menggeluti disiplin ilmu bioteknologi. Lantas bagaimana respon jamaah malam itu?

Setelah cukup lama tak menampakkan diri di majelis Suluk Surakartan, Kang Ranto yang sudah hadir sejak tadi, memberikan respon pertama kali. Dari penuturannya yang membeberkan pengalaman berdagang ayam goreng krispi, tampak gambaran bahwa keberuntungan itu diperolehnya tak seketika. Pendisiplinan diri dalam menjalankan kebiasaan baik tampaknya yang menjadi sebab logis keberhasilan usahanya.

“Yang selalu saya lakukan itu, setelah sampai di lokasi, saya nyapu dulu. Saya usahakan tempat jualan saya itu harus bersih. Gerobak juga dirawat agar bersih dan enak dilihat,” beber Kang Ranto.

Tak hanya itu, dia juga menjaga kualitas produk dengan baik, tidak mengurangi takaran bumbu meski harga sedang naik. Serta memperhatikan aspek kesehatan.

“Saya tetap menjaga kualitas. Meski harga bahan naik, tetap tidak dikurangi. Dan saya membayangkan, makanan ini akan dimakan oleh orang yang punya hak kesehatan seperti keluarga saya. Jadi ya saya tidak menggunakan bumbu instan dan bahan perenyah,” sambung dia.

Dalam pelayanan pun, pria yang sudah berdagang selama 20-an tahun ini berusaha memberikan pelayanan yang ramah dan menjaga keakraban dengan pelanggan. Bahkan kalau ada komplain, dia dengan legawa memberikan ganti cuma-cuma.

Dengan menjalankan bisnis secara apik itu, Kang Ranto mengaku dapat mencukupi kebutuhan keluarga untuk dapat hidup layak sejahtera.

Mendengar kisah Kang Ranto, Ibudh terpantik untuk bertanya. Ia mengaku mengalami kesulitan untuk bisa istiqamah dalam memelihara kebiasaan baik dalam hidup.

“Untuk bisa istiqamah itu tipsnya gimana, Mas? Aku kok susah ya. Bisa disiplin itu hanya sebentar, lalu buyar lagi. Mulai tertata lagi, ambyar lagi,” curhat dia.

Kang Ranto mengaku susah untuk memberikan tips. Dia hanya menyarankan untuk menjalani saja. Intinya adalah terus berusaha.

Obrolan kian hangat dengan respon dari para jamaah yang lain. Sampai sebagai jeda, Thoriq memetik gitar dan melantunkan Duh Gusti.

Rupanya benar, edisi tanpa tema akan membuat pembicaraan melebar dan random, tapi tetap terjalin benang merahnya. Selanjutnya obrolan mengarah ke pemilu. Andi sedikit memberi informasi tentang tugas dan insentif petugas KPPS. Lalu Alan menginformasikan adanya satu instrumen yang dapat membantu kita untuk mengetahui program calon eksekutif dan legislatif sehingga kita tidak membeli kucing dalam karung. Adalah website yang diprakarsai oleh Mas Sabrang bernama podium2024.id. Ia sedikit menjelaskan cara menggunakan portal ini dan menyarankan jamaah agar memanfaatkannya.

Mul, driver ojol yang baru dua kali maiyahan di TJA diberi kesempatan memperkenalkan diri. Pemuda asal Plupuh yang ngekos di rumah Boim ini turut berkontribusi menyuguhkan musik. Menggenjreng gitar bersama Thoriq, melantunkan Manusia Setengah Dewa, Hasbunallah, Keseimbangan, dan Sotya.

Saat ditanya Alan, Mul mengaku belum pernah mendapat pengalaman spesial selama ngojol. Berbeda dengan Yudha. Dia pernah diajak masuk ke kamar kost oleh penumpang ceweknya yang cantik. Yudha sempat tergoda waktu itu. Tapi, segera ia eling lan waspada. Ditolaknya ajakan menggiurkan itu. Dia berhenti di depan pagar. Apakah dia ingat kisah Yusuf As. yang digoda Zulaikha?

“Anu, saya waktu itu langsung ingat, ada info kalau beberapa hari sebelumnya di Surabaya ada kejadian serupa. Si driver mau diajak masuk. Dan setelah kembali ke tempat parkirnya, motornya hilang. Wah, ingat itu saya langsung cepat pergi setelah menerima uang 15 ribu,” ungkap dia.

Kang PWT, menyambung obrolan bisnis yang dimulai Kang Ranto. Dirinya mengamini, bahwa dalam berbisnis itu mesti menjaga kualitas dan punya itikad baik kepada konsumen. Dia menerapkan hal serupa dalam usaha brambang gorengnya.

Yasir memberikan input tambahan: menghargai pekerjaan. Artinya, dalam bekerja, kita harus memiliki rasa penerimaan terhadap pekerjaan yang dijalani, meski mungkin belum seperti yang diinginkan. Dengan terus menekuni, insya Allah keberuntungan akan bisa didapatkan.

Sekarang giliran Wiwit minta kiat mengelola emosi. Sebagai operator SPBU, kadang dia bertemu dengan pembeli yang arogan. Kang Ranto mencoba mengingatkan bahwa begitulah kehidupan di jalan. Kita harus siap menghadapi berbagai macam tipe orang. Ibudh memberikan masukan untuk mengendalikan amarah dengan pendekatan stoikisme. Yakni menggunakan nalar untuk melihat dengan jernih peristiwa yang terjadi.

Hingga larutnya malam, jamaah masih tampak asik berdiskusi dan bernyanyi. Tiba-tiba, dari beranda yang basah dan dingin, empat ekor bekicot berjalan pelan (tentu saja pelan) menuju lingkaran jamaah. Rupanya mereka ingin ikut bermaiyah. Semoga itu pertanda datangnya berkah. Keberuntungan untuk semua jamaah Maiyah di mana pun berada.

Kopi tandas. Makaroni, keripik singkong, stik grip, dan pangsit kriuk hampir habis. Yudha menuju sakelar. Lampu-lampu dimatikan. Hening, syahdu .

“Shahibu baitiii… Shahibu baitiii… Shahibu baitiii…” []

Tulisan terkait