Menu Close

Bukti Penyerahan Diri

Pada Jumat malam, (23/02/2024) mulai pukul 20.00 WIB, salah satu sudut pabrik mebel FM Wood jadi tempat melingkar para pejalan Maiyah Suluk Surakartan. Forum diskusi ini dihadiri oleh berbagai kalangan. Ada pelajar, mahasiswa, pekerja, pelaku usaha, juga musisi. Rutinan sinau bareng edisi ke-79 ini mengusung judul “Tanggung Jawab Menyelesaikan”.

Pukul sembilan lewat beberapa menit, Alan sebagai moderator membuka acara dengan mengajak jamaah bertawassul, bershalawat, dan berdoa. Usai itu, ia menyapa dan meminta kepada jamaah yang baru pertama kalinya hadir untuk memperkenalkan diri.

Mereka adalah Yanuar, bassis pada grup band Merah Bercerita, yang vokalisnya adalah Fajar Merah, putra penyair ternama asal Solo, Widji Thukul. Bersamanya seorang penyanyi solo Julian Rinaldi, dan teman kantor Yanuar bernama Hendro yang juga mantan anak band. Mereka berbagi pengalaman bermusik, bicara tentang idealisme versus orientasi profit.

Bapak Munir, salah satu sesepuh Suluk Surakartan yang hadir, merespon dengan pandangan yang menarik, dengan analogi pohon kelapa dan pohon pisang. Ia menyampaikan bahwa idealisme yang baik adalah berdasarkan kemanfaatan. Pohon kelapa, sekujur tubuhnya memberi beragam manfaat bagi kehidupan.

“Kita juga seharusnya memiliki idealisme seperti itu, memberikan manfaat kepada manusia dan alam, bukan atas ideal diri sendiri. Juga jangan seperti pohon pisang yang sekali berbuah, mati. Jadilah seperti pohon kelapa yang sedari muda sampai tua umurnya tetap bermanfaat!” tuturnya.

Diskusi berlanjut dengan Mas Ibudh yang menarasikan kembali mukadimah yang sebelumnya telah dirilis dalam bentuk tulisan. Ia memperjelas konsep berserah diri kepada Tuhan dan hubungannya dengan tanggung jawab. Diskusi semakin membumi dan aplikatif, saat Mas Ibudh menyinggung istilah “wanprestasi” sebagai bentuk tidak bertanggung jawab atas amanah yang diberikan.

“Antara berserah diri kepada Tuhan dengan menghindari terjadinya wanprestasi seolah tidak ada kaitannya. Tapi sebenarnya keduanya sangat nyambung. Orang yang sudah berserah diri beneran, berarti telah berusaha optimal untuk menunaikan amanah yang diberikan agar tidak terjadi wanprestasi. Kalau orang sengaja melakukan wanprestasi, artinya tidak menunaikan amanah yang diemban. Berarti ia belum berserah diri kepada Tuhan.”

Setelah jamaah dipersilakan untuk merespon, Yus bertanya apakah bertanggung jawab itu berarti tugas harus selesai? Pertanyaan ini direspon oleh Pak Munir. Beliau menjelaskan bahwa bertanggung jawab adalah upaya seoptimal mungkin untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi amanah. Apakah harus selesai? kalimat penting yang perlu di perhatikan adalah “upaya seoptimal mungkin”. Ini tentu menjadi hal mendasar untuk dilakukan sebelum memikirkan hasil.

Pemahaman ini memberikan perspektif baru bagi jamaah tentang signifikansi dan konsekuensi dari tanggung jawab yang diemban.

Mas Ibudh kemudian menambahkan dengan menawarkan tips kepada jamaah mengenai bagaimana menjalankan tanggung jawab dengan baik. Dia memilah sikap mental orang bekerja menjadi dua. Mental buruh dan mental khalifah.

Orang bermental buruh, cenderung bekerja dengan dominasi kepedulian terhadap upah. Ia tidak atau kurang peduli dengan kualitas dan faedah pekerjaannya. Yang penting menerima upah yang dijanjikan. Sedangkan orang bermental Khalifah, ia bekerja dengan kesadaran akan faedah aktivitas yang dilakukan, sehingga terdorong untuk berusaha sekuat tenaga demi mencapai hasil terbaik. Bahkan ia tak segan memberikan yang lebih dari yang ditugaskan kepadanya. Secara nalar, tentu mentalitas yang kedua lebih berpeluang untuk mewujudkan hasil yang berkualitas.

Diskusi terus berjalan dan beberapa contoh kasus tentang tanggung jawab sempat dilontarkan oleh jamaah. Di antaranya oleh Yasir. Ia mencontohkan implementasi di minimarket miliknya.

“Kalau ada keperluan yang harus meninggalkan toko dalam beberapa hari, ya harus memberesi dan menyiapkan apa saja yang diperlukan selama ditinggal pergi itu,” terang dia.

Tak begitu terasa, tengah malam sudah berlalu. Diskusi ditutup oleh Alan dan seperti biasa, menyesuaikan keadaan masing-masing, ada yang langsung pulang, ada yang masih terus ngobrol sambil menghabiskan kopi dan camilan. [A]

Tulisan terkait