Menu Close

Menanti Muhajirin di Media Sosial

Rasa-rasanya bising banget ngikutin sosmed hari ini. Beranda facebook dipenuhi status-status saling nyinyir kaum Cebong dan Kampret. Macam hukum qisash aja: nyinyir dibalas nyinyir, meme dibalas meme, hoax dibalas hoax. Ampuuun deh kakaaa..

Mau switch off Facebook dan WA kok ya gak mungkin, lha wong kerjaan saya ini jualan online. Mau hapus pertemanan atau blokir kontak kok ya mengurangi keterjangkauan pembaca status saat mengunggah foto-foto dagangan. Aduh poseeng pala bebek. Begini ini jadi berharap-harap ada satu sosok entah Ratu Adil, Imam Mahdi, atau Dajjal sekalianlah asal bisa beresin pertikaian di sosmed. Saya cari-cari akun Imam Mahdi di facebook ada sih, banyak malahan, tapi ngelihat foto profilnya sama status-statusnya aja kurang meyakinkan. Begitu juga dengan nama Ratu Adil apalagi Dajjal. Ahahahah.. Bodoh.

Saya jadi teringat pelajaran saat di Institut Agama Islam dulu pada pelajaran hijrah. Di Madinah tadinya ada dua kaum mayoritas yang bertikai lalu semuanya berubah sejak negara api menyerang datangnya para imigran dari Mekkah. Mereka menjadi saling bersaudara, bekerja sama, saling menolong, hingga dalam waktu kurang dari sepuluh tahun wilayah itu berubah menjadi daerah yang mandiri, berdikari, dan disegani. Mungkin ada tepatnya juga sih berharap begitu untuk Indonesia yang amat kucintai ini. Secara ini bertepatan dengan momentum tahun baru hijriah.

Tahu dong kenapa kalender Qomariyah yang menghitung hari, tanggal, pekan, bulan, dan tahun berdasar hitungan peredaran bulan dalam tradisi Islam disebut tahun Hijriyah? Kenapa tidak tahun Islam atau tahun Islamiyah? Bukan pula tahun Muhammadiyah? Mengingat penanggalan berdasar hitungan peredaran matahari dinamai tahun Masehi yang konon diambil dari peringatan kelahiran Al-Masih (Yesus).

Kalender bulan dinamai Hijriyah adalah diambil dari peristiwa hijrahnya Muhammad dan kaumnya yang disebut kaum Muhajirin. Kala itu Muhammad dan pengikutnya diboikot oleh penduduk Mekkah. Mereka ditindas dan merasa terusir, maka harus cari tempat lain. Berbagai tempat dicoba dan gagal seperti Kota Thaif dan Negeri Ethiopia. Lantas ditemukanlah Yastrib, sebuah wilayah yang penduduknya saling bermusuhan selama berabad-abad yaitu kaum Cebong Aus dan Kampret Khazraj.

Sudah menjadi tradisi pada setiap tahunnya penduduk Yastrib ada yang datang ke Mekkah menziarahi Ka’bah. Ya, semacam kita berhaji ginilah kurang lebihnya. Tepat pada tahun kesepuluh dari kenabian, datang peziarah dari Yastrib dan secara sengaja mencari sosok bernama Muhammad yang cukup jadi buah bibir oleh banyak kalangan. Jadi saat itu Muhammad dan pengikutnya diboikot karena membawa ajaran yang menentang kelaziman di Mekkah, namun hal itu justru menjadikan nilai ketertarikan tersendiri bagi orang-orang Yastrib.

Dengan berandai-andai dan mengharap-harap. Eh siapa tahu manusia bernama Muhammad ini bisa menyelesaikan persoalan, mereka lalu datang menemui Muhammad curhat menceritakan keadaan masyarakat di tempat tinggalnya.

““Lek, kami datang dari Indonesia eh, Yastrib. Sampeyan tahu dan sudah dengar dong bagaimana masyarakat kami? Hari-hari bertengkar, saling benci, berkelahi dan sebar hoax. Kami sudah bosan dan muak, lek. Sampeyan ada solusi, tah?””

Dari curhat itu, mereka baru dapat solusi berupa teori-teori yang sifatnya rasan-rasan. Kemudian mereka kembali lagi di tahun-tahun berikutnya untuk melaporkan perkembangan. Di tahun yang ketiga atau tepatnya tahun ke-12 kenabian sudah ada titik terang di mana yang menghadap kepada Muhammad berjumlah 13 orang yang terdiri dari 10 kaum Aus dan 3 kaum Khazraj. Mereka sudah berangkat bersamaan dengan tujuan yang sama, perdamaian. Mereka dibawa ke sebuah tempat yang bernama Aqabah untuk membuat perjanjian yang kemudian dinamai dengan Baiat Aqabah I. Saat mereka kembali ke Yastrib, Muhammad meminta salah seorang karibnya yang cerdas bernama Mus’ab bin Umair untuk turut mendampingi 13 orang ini menebarkan semangat persatuan.

Berhasil. Tahun berikutnya bertambah banyak orang yang ngebet ingin ikut ke Mekkah. Sejumlah 73 personil mendatangi Muhammad dan membawa klaim atas nama bangsa Indonesia seluruh penduduk Yastrib menghendaki Muhammad dan pengikutnya untuk bermigrasi ke wilayahnya. Demi persatuan Aus dan Khazraj, mereka menawarkan tanah untuk membangun rumah dan membuka usaha. Pokoknya semua kebutuhan hidup ditanggung oleh pribumi. Terjadilah Hijrah. Muslimin Mekkah butuh tempat baru untuk melangsungkan hidup yang bebas dari tekanan orang-orang Qurais, sementara pribumi Yastrib butuh kelompok ketiga yang dapat menjadi wasit dan moderator untuk menjaga-jaga mereka agar mereka tidak kembali terpecah belah. Dengan begitu yang saya ingat dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dulu, saya menyebut hijrah ini sebagai peristiwa simbiosis mutualisme. Hehehe..

Saat kedatangan umat Islam, entah bagaimana ceritanya persoalan pribumi Yastrib sudah beres. Mereka semua menjadi kaum Anshar (yang memberi pertolongan) menyambut para imigran atau kaum Muhajirrin (orang-orang yang berhijrah) dan mengambil mereka sebagai saudara. Persaudaraan sungguh luar biasa sodara-sodara. Tengoklah sejarah! Kurang dari sepuluh tahun saja wilayah yang tadinya dihuni manusia saling tikai itu berubah drastis menjadi wilayah berkemajuan yang pada akhirnya namanya diganti dengan Madinah al-Munawwarah yang arti secara bahasanya yaitu kota yang bersinar. Keren kan?

Ya Allah, boleh ya, hamba memohon: di tahun baru Hijriyah ini, persatukan Indonesia dari pertikaian kaum Cebong dan Kampret sebagaimana Engkau mempersatukan kaum Aus dan Khazraj dulu. Please ya Allah.. Biar hamba terus nyaman melakukan jualan online. Dikabulin ya Allah yang Maha Baik… Amiin..

Kalian kaum Cebong dan Kampret kapan bisa akur? Berisik, tauuuk? Apa mungkin kalian juga punya dendam yang dibawa sejak zaman hidupnya nenek moyang dulu? Kali aja dulu saat banjir Nuh, Katak dan Kelelawar rebutan tempat di kapal? Terus kalian anak turunnya jadi begini? Duh deeek.. Daripada brantem mendingan beli tuh kerajinan rajutan saya. Ada tas, dompet, dan macem-macemlah. Merajut itu simbol persatuan. Benang-benang disatukan jadi deh karya syantiiik.. Monggo dibeli dibeli. Maaf beginilah bakul. Nulis panjang lebar ujungnya jualan. Wkwkwkwkwkwk

Ikapri Yuliana Adisattva
Pengrajin produk rajutan dari Boyolali

Tulisan terkait