Hidup Mati …. Siang Malam …. Atas Bawah
Adalah sebagian “kecil” dualitas yang akrab menemani kita. Siapa pun pasti menemui hal-hal di atas. Dan mungkin mulai sedikit yang menyadari salah satu fungsi dualitas adalah cara Tuhan mem-balance, menyeimbangkan semua bagian terbanyak di alam semesta.
Pada dasarnya jika kita paham, maka sikap balance adalah tidak terlalu berlebihan sikap atas sesuatu yang kita berseberangan dan tidak setuju atas suatu peristiwa, pola, dan perilaku yg kita anggap “tidak baik”, ini masih belum selesai.
Pada proses selanjutnya, dualitas pada hakikatnya senantiasa bergetar dalam semua sikap kita. Mungkin yang perlu dikembangkan adalah keseimbangan saat kita pada sebuah lingkaran yang mirip organisasi planet-planet, di mana ketidakpastian polaritas Matahari ditangkap oleh semua pertumbuhan di bumi sebagai “cahaya”.
Kita di bumi, kecuali para peneliti, tidak pernah akan mengetahui Matahari yang merupakan “Pemimpin Kecerahan” semesta memiliki “ketidakpastian” sikap. Kita menangkapnya sebatas : “Matahari sebagai sumber energi potensial luar biasa yang akan menuntun proses pemanfaatan pertumbuhan”.
Mungkin demikian pula dalam sebuah planet-planet kumpulan manusia. Ada baiknya ketika menangkap sebuah “sikap” para pemimpinnya, tidak lugu memahami sebagai sikap “resmi”. Matahari memimpin miliaran planet-planet harus dengan adil. Salah satu sikap adil adalah mengubah-ubah polaritas agar para planet bertadabur “menafsir” maksud matahari sebagaimana kita lihat pertumbuhan baik di bumi dengan output “kebaikan kepada semuanya”.
Akan cukup kontraproduktif jika kita tangkap hanya sebagian polaritas, misalnya “XY setengah Z” dan kita sampaikan bahwa sikap Matahari adalah XY setengah Z plus distorsi dan nuansa yang pasti berbeda. Yang demikian juga bagian kebijakan alam yang otomatis mendistorsi hampir semua “arus informasi”. Hingga Tuhan sendiri harus menegaskan “jangan merunduk selaku orang bisu tuli ketika dibacakan ayat ayat-Ku!”
Karena adanya muatan distorsif alamiah pada setiap perilaku energi informasi. Di sinilah salah satu fungsi akibat dualitas yang dikelola dengan baik akan mengakibatkan kecenderungan “Tahqiq”, tegak di tengah pada setiap sikap menerima dan mengeluarkan.
Kecenderungan baik menuju sikap tengah akan tetap berjalan, hanya dengan sedikit sedikit gangguan, manakala pada setiap usaha seumur hidup selalu mengagendakan keberadaan Tuhan, diiringi keikhlasan terus menerus, dan selalu dikawal dengan usaha melihat cahaya temaram mercusuar di hempasan badai berkabut yang memudarkan sinarnya.
Badai kabut akan mudah diidentifikasi jika wujudnya seperti kabut di pagi hari setelah hujan. Bagaimana jika kabut itu sendiri adalah sesuatu yang kita akrab dan tidak ada tanda-tanda “mentemaramkan”? Bagaimana jika kabut itu adalah bagian dari diri kita sendiri yang memang seumur hidup berjuang memilah, menguatkan daya tolak “baik vs tidak baik”?
Maka hanya sikap sabar atas apa yang kita saksikan, kita alami yang bisa menjaga pertumbuhan kita. Sabar, kesadaran tumbuh, tujuan menggapai sinar matahari selama hidupnya adalah ciri pohon pohon baik dan mahal.
Munir Asad