Menu Close

Doa dari Bumi Sukowati Untuk Negeri

Awal tahun 2020 terpaan bencana melanda negeri kita. Mulai dari banjir bandang di wilayah Jakarta dan pelbagai kota di Indonesia, tanah longsor, mewabahnya virus Corona di China yang dampaknya sampai ke penjuru dunia (termasuk Indonesia), hingga yang cukup mengenaskan peristiwa naas yang menimpa siswa SMP N 1 Turi Sleman dalam kegiatan susur sungai pada Jumat  (21/2) yang memakan korban jiwa. Keluarga Jamaah Maiyah dan kita semua turut berduka. Al fatihah kita kirimkan untuk mereka.

Tatkala tangan tak mampu menjabat, maka doalah yang dipanjat. Hal itulah yang menjadi alasan utama Pemkab Sragen menggelar acara Sinau Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng, pada Selasa malam (25/02), bertempat di gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen, bertajuk Doa Untuk Negeri.

Lantunan sholawat menyapa sekaligus membuka acara. “Kenapa mesti dimulai dengan sholawat?, tanya Mbah Nun. Karena sholawat menjadi cara kita merayu Rasulullah. Kenapa dirayu? Agar Rasul trenyuh, sehingga berkenan menyampaikan hajat kita kepada Allah. Kalau yang memohonkan Rasulullah pasti diijabah Allah. Sebab Muhammad kekasih-Nya. Manusia yang paling dicintai-Nya. Masak orang yang dicintai meminta nggak diberi? Ya ndak mungkin. Begitulah kira-kira metode kerja sholawat. Shallu ‘alan Nabiy Muhammad.

**

Jamaah yang hadir malam itu membludak. Hingga tersebar melingkar diluar gedung. Genre jamaah pun beragam. Ada dari pejabat pemerintahan, perangkat desa, ASN, Jamaah Maiyah, serta masyarakat umum.

Ibu Bupati yang duduk disamping Mbah Nun ditemani Bapak wakil Bupati kemudian menyampaikan uluk salam, sembari menghatur rasa syukur. Berterima kasih kepada Mbah Nun, dan seluruh elemen masyarakat yang hadir malam itu dengan perasaan guyub rukun. Silaturahmi dan Sinau dadi siji.

Pertanyaannya, kenapa tema acara Doa Untuk Negeri yang diprakarsai Mbak Yuni ini mesti mengundang Mbah Nun? Bukan yang lain. Karena konsep Sinau Bareng adalah merangkul. Menjangkau dan menembus sekat-sekat pembatas. Lintas agama, lintas profesi, lintas kelas sosial, tergerak untuk hadir. Para pemuka agama perwakilan dari forum kerukunan antar umat beragama (FKUB) kab. Sragen pun mengapresiasi. Mereka benar-benar merasakan harmoni dalam keberagaman ditengah-tengah atmosfer Sinau Bareng.

Mumpung bertepatan masuk awal bulan Rajab (Asyhurul Hurum), bulan yang agung, yang dihormati Allah. Maka rasanya sangat tepat pemerintah kabupaten Sragen menggandeng Mbah Nun untuk mandegani. Menuntun lisan, hati, dan pikiran kita semua untuk nyambung dengan Allah dan Rasulullah. Bareng-bareng melafal shalawat, merapal doa-doa munajat.

Pertanyaan berikutnya, kenapa berdoa mesti bareng-bareng? Sebab ndonga bareng-bareng itu lebih baik. Logikanya sederhana. Ibarat doa itu sebongkah batu, maka batu tersebut akan lebih cepat sampai tujuan jika didorong banyak orang dan bareng-bareng, ketimbang didorong sendirian. Sendiri itu berat, kamu nggak akan kuat. Bareng-bareng saja.

Begitu pula doa. Akan cepat sampai ke Singgasana Tuhan manakala dipanjatkan bersama-sama. Sebab kita sama sekali tidak tahu doa siapa yang bakal dikabulkan. Berangkat dari ketidaktahuan itulah, maka langkah paling efektif adalah mengumpulkan massa, diajak doa bersama, dalam aliran dan getaran yang sama. Sama-sama menghiba Ridha Allah Swt. Semakin banyak yang berdoa, semakin besar pula peluang doa untuk di ACC Tuhan. Dan malam itu Mbah Nun bersama lima ribu lebih masyarakat bumi Sukowati menggetarkan dinding Arasy. Mendoakan untuk keselamatan (lahir-batin) negeri ibu pertiwi.

**

Du du du du

Du du du o..o..o…

Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia diatas segalanya oo…oo…
Adalah Dia diatas segalanya

Melalui tembang Untuk Kita Renungkan yang dibawakan pak Tugiyono bersama iringan musik KiaiKanjeng, Tuhan seakan menegaskan kepada kita semua bahwa Dia-lah diatas segalanya. Dan cara paling lembut dan sopan agar negeri kita tercinta dihadiahi anugerah, serta dihindarkan bencana, adalah dengan berDOA.

“Robbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah, wa qinaa ‘adzaabanaar”.

Petikan Hikmah Sinau Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng
Di Sasana Manggala Sukowati Sragen (Selasa, 25 Februari 2020)

Gemolong – Sragen PP, Penghujung Februari 2020

Muhammadona Setiawan

Tulisan terkait