Jika menjumpai sejumlah semut yang sedang berbaris di dinding, jangan anggap remeh, ada hal menarik bahkan penting untuk diamati atau dipelajari. Dari sejumlah pengamatan saya, ada beberapa jenis peristiwa setiap kali semut-semut itu berbaris dalam jumlah cukup banyak atau berombongan. Ada yang peristiwanya pindahan sarang yang tampak dari sebagian besar membawa semacam telur-telur mereka, ada pula yang dalam rangka memindahkan makanan baik yang berukuran kecil namun banyak atau ada juga yang berupa makanan besar semisal binatang yang mereka mangsa secara bersama sama ataupun sisa makanan manusia.
Yang menarik perhatian saya adalah adanya semut yang ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan ukuran semut semut yang lain, yang dalam bahasa jawa biasa disebut “Banthongan”. Begitu tertariknya saya dengan fenomena semut ini sampai saya googling di yahoo (pinjam istilahnya Cak Lontong). Saya cari “anggota koloni semut”. Dari situ saya mengetahui ada beberapa jenis ukuran semut dalam satu koloni yang namanya berbeda beda sesuai dengan ukuran tubuhnya, mulai yang paling besar dan hampir tidak mirip sama sekali dengan postur tubuh semut pada umumnya yang bernama “ratu semut” kemudian ada semut yang cukup besar dan bersayap yang namanya “raja semut” ada yang sedikit lebih kecil dan tidak bersayap yang namanya “komandan semut” atau “semut prajurit” atau “banthongan”. Sampai yang paling kecil yang namanya “semut pekerja”.
Berdasarkan perbedaan jenis ukuran dan nama-nama dari semut semut tersebut, saya mulai memahami menurut pemahaman saya sendiri, bahwa masing masing dari mereka pasti juga mempunyai peran yang berbeda beda pula. Dalam satu koloni biasanya terdiri dari satu “ratu semut” yang berperan dalam menghasilkan telur telur yang menetaskan generasi semut itu sendiri, beberapa “raja semut” sebagai pemimpin koloni, cukup banyak “prajurit/banthongan” yang bertugas mengawal dan pemberi komando para semut pekerja dan “semut pekerja” yang dalam satu koloni jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan ekor.
Yang menurut saya penting dan menarik ada beberapa hal. Yang pertama adalah betapa Tuhan Maha Adil dan Maha Emejing dengan penciptaan berupa semut ini yang sungguh pas dan tepat dalam menentukan jumlah masing-masing jenis ini, begitu seimbang dan tepat. Satu ratu, beberapa raja, cukup banyak prajurit dan sangat banyak pekerja. Yang paling sering kita jumpai adalah jenis semut pekerja dan semut banthongan. Karena raja dan ratu hampir tidak pernah meninggalkan sarangnya. Semut semut pekerja ini dibawah komando banthongan bertugas mencari dan membawa makanan dari tempat penemuan sampai sarang.
Dengan sistem yang begitu sempurna itu, bisa dipastikan kehidupan dalam koloni semut tersebut menjadi seimbang dan harmonis karena sudah barang tentu mereka bekerja sesuai dengan peran masing masing. Tidak ada kesenjangan dan perebutan jabatan atau salah koordinasi dalam setiap melaksanakan suatu pekerjaan.
“lha kok judulnya Fenomena Semut Alay?”. Sengaja saya memberi judul seperti itu karena beberapa waktu terakhir ini saya menemukan dan mengamati fenomena kemunculan semut yang menurut saya termasuk semut spesies baru. Yang agak tidak lazim. Saya menyebutnya “semut alay” karena menurut saya semut ini sedikit aneh, dari ukuran dan postur tidak sama dengan semut pada umumnya. Jika semut gula posturnya pasti kecil, jika semut hitam juga hanya sedikit lebih besar dari semut gula atau semut rang-rang yang posturnya agak jauh lebih besar. Selain ukuran tubuh yang agak aneh, ada yang lebih aneh lagi, yaitu tidak pernah saya temui semut alay ini dikawal oleh semut prajurit, atau bisa dibilang tidak ada ‘banthongan”nya. Ukuran mereka sama semua tidak ada satupun yang sedikit lebih besar dari yang lain.
Itulah kenapa saya sekali lagi menamainya “semut alay” karena fenomena semut ini sama aneh bin absurdnya dengan fenomena alay atau anak ABG alay yang muncul di jaman hoax ini. Tidak ada komando, tidak berbaris, jalur yang dilintasi random dan tidak jarang dengan tidak adanya komando, saat bersama sama membawa makanan dengan ukuran cukup besar, yang terjadi justru saling tarik menarik tidak jelas arah tujuan hendak kemana makanan itu akan dibawa. Persislah dengan sikap abg abg alay jaman now.
Bagi saya ini fenomena, sebagai pengamat semut saya agak kebingungan dengan ulah dan sepak terjang semut jenis alay ini. Hanya bisa menduga-duga, apa iya Tahan menciptakan fenomena semut alay ini sengaja agar kita para manusia belajar dan berkaca. Jadi teringat kata seorang ustadz pernah mengatakan bahwa tidak ada satupun ciptaan Tuhan di muka bumi dan alam semesta ini yang sia sia. Akhirnya saya menjadi semakin yakin bahwa memang “Fenomena Semut Alay” ini ada memang untuk pelajaran dan kesadaran bagi manusia jaman sekarang yang sudah dan begitu mudah terombang ambing oleh keadaan di sekitar kita. Sulit dikendalikan bahkan tak mampu lagi mengendalikan diri serta bisa dibilang hampir tidak punya prinsip dan tujuan pasti dalam menjalani kehidupan ini.
Solo 21-11-2017
D. Ariyanto