Menu Close

Perjalanan Silaturahmi ke Rumah Suluk Surakartan

Saya awali dengan Bismillah, saya hidupkan mesin sepeda motor ini. Sekitar 200 kilometer lebih jarak perjalanan yang harus saya tempuh, untuk menuju kota Wonogiri tempat dimana saya dulu dilahirkan. Perjalanan tidak terlalu tergesa-gesa, di jalan pun juga harus sabar, karena ketika kita tidak sabar perjalanan pun juga akan terasa sangat jauh. Itu sering terjadi saat saya berjalan untuk mengikuti sinau bareng.

Sekitar waktu menunjukan pukul 4 sore lebih, saya perlahan menghentikan laju sepeda motor ini. Terlihat tampak sebuah masjid di pinggir jalan kota Purwodadi, saya putuskan untuk melakukan kewajiban sebagai orang muslim. Sempat istirahat sejenak di beranda Masjid itu, saya buka ponsel genggam, ada sebuah pesan di grup Whatsapps, kalau malam itu ada internalisasi Suluk Surakartan. Tidak berpikir panjang saya putuskan, setelah sampai Surakarta nanti, saya akan mampir silaturahmi ke rumah Suluk Surakartan, tempat dimana forum Maiyahan wilayah Surakarta dilaksanakan setiap bulannya.

Perjalanan kembali saya lanjutkan, lalu lalang saat perjalanan juga terasa padat. Terik panas sinar matahari pun saya sambut di sepanjang jalan menuju kota Surakarta. Menjelang pukul 5 sore lebih saya sampai di kota Surakarta, kemudian saya bergegas mampir ke rumah saudara yang berada di sini. Sekitar 1 jam lebih saya mampir di rumah saudara di kota Surakarta. Suasana silaturahmi juga terasa di rumah saudara saya tadi, dengan disuguh makan dan minuman seadanya pun tidak membuat masalah bagi saya, yang penting saya menjaga hubungan silaturahmi kekeluargaan ini.

Kembali saya lanjutkan berjalan menuju rumah Suluk Surakartan. Berbekal alamat saya mencari tempat yang akan saya tuju. Menjelang ba’da Isya’ saya sampai di kawasan jalan Tanjung Anom, Sukoharjo, di pinggir jalan saya pun bertanya kepada seseorang penjual angkringan. Ternyata saya sudah dekat lokasi yang akan saya tuju, hanya beberapa meter saja dari tempat saya bertanya tadi. Di rumah Suluk Surakartan terdapat pintu gerbang warna hitam, saya mencoba untuk mengetuknya, lalu salah seorang yang berada di dalam menjawabnya. Terjadilah percakapan antara kami berdua yang intinya saya akan silaturahmi dengan Pak Asad selaku pemilik rumah tersebut dan para jamaah Maiyah yang akan hadir di internalisasi Maiyah Suluk Surakartan malam itu.

Ketika dipersilahkan masuk, saya hanya menjumpai 2 orang saja, dan setelah saya bertanya mereka berdua berkata kalau orang-orang acara belum ada yang datang. Ternyata setelah saya liat memang acaranya pukul 20:00 WIB, di rumah itupun saya datang terlalu awal, jadi saya putuskan untuk mencari warung makan dulu sambil menunggu para jamaah yang akan hadir di acara pada malam itu. Menjelang pukul 20:30 WIB pak Asad selaku pemilik rumah baru datang.

Alhamdulillah malam itu saya disambut pak Asad dengan ramah, lalu disusul sedulur-sedulur Maiyah yang mulai berdatangan untuk menghadiri acara internalisasi Suluk Surakartan malam jum’at, 3 Mei 2018. Di awal acara kita bersama-sama melantukan shalawat untuk junjungan Nabi Muhammad Saw. Kemudian di sesi selanjutnya kita diminta pak Asad menanyakan apa yang menjadi persoalan pribadi kita masing-masing. Yang saya tangkap pada malam itu kita tidak diwajibkan untuk memberi tema acara, semua yang hadir wajib mengutarakan pendapatnya masing-masing. Ada yang berpendapat dan juga ada yang mendengarkan. Tapi kebanyakan yang hadir saling mengkolaborasi apa yang menjadi pembahasan malam itu.

Saya hanya sedikit mengutarakan apa yang saya dapat saat mengikuti acara Maiyahan ataupun sinau bareng. Jadikan forum rutinan Maiyahan di sini ataupun di forum Maiyahan lainnya untuk silaturahmi antar sesama. Jangan dihitung berapa banyak biaya dan berapa jarak tempuh perjalanan kita ke acara ini. Biarkan Allah yang akan menghitung atas keikhlasanmu datang ke forum Maiyahan seperti ini. Setiap pertemuan ini, jadikanlah bentuk kekeluargaan dengan siapapun, meski juga tidak ada hubungan darah sekalipun. Supaya dimanapun kita berada bisa bersilaturahmi antar sesama lagi.

Di sini saya juga merasakan seperti sudah menjalin persaudaraan selama bertahun-tahun. Seperti kawan yang sudah lama berteman. Semua akrab, ramah dan baik. “Mbah Nun pernah berpesan, bersaudaralah kepada yang bukan saudara kita, karena itulah orang yang mulia, dan itu juga prinsipnya Kanjeng Nabi”.

Terkait apa yang menjadi pembahasan malam itu, saya mendapatkan ilmu dan pengalaman baru. Pak Asad dan jamaah tidak terikat dengan jamaah yang hadir lainnya. Semua diajak sinau bareng, diajak berdiskusi bersama, tidak menyalahkan pendapat jamaah satu dengan yang lainnya. Kita diajak menampung semua pendapat para jamaah. Bagi saya pak Asad juga guru bagi saya. Apa yang diungkapkan beliau baik bagi saya bahkan beliau juga rela menampung para jamaah meski hanya internalisasi ini.

Menjelang pukul 23:00 WIB suasana semakin hangat dan diskusi pun juga semakin bertambah mendalam. Saya tidak tahu acara pada malam itu sampai pukul berapa, yang jelas banyak sekali kebaikan yang saya dapatkan. Dan malam itu saya sangat berterima kasih kepada Pak Asad dan semua jamaah yang lainnya, karena sudah disambut dengan baik dan ramah. Semoga silaturahmi dan kekeluargaan ini akan terus berlanjut selamanya. Dan semoga apa yang saya dapat malam itu dengan para jamaah lainnya bermanfaat selamanya.

Surakarta, 3 Mei 2018
Galih Indra Pratama

Tulisan terkait